PLASTIK LEBIH MENARIK DARI PADA KAMU

Bahasa Ruang
5 min readJul 7, 2021

--

Photo by Igor Rand on Unsplash 2019

“Sekolah tinggi-tinggi buat apa kalau masih buang sampah sembarangan”, “Sayangi lingkungan”, “Kurangi penggunaan kantong plastik” “Bijak berplastik” dan masih banyak lagi. Sebuah narasi yang sering kita lihat dan dengar, untuk kita mulai menjaga lingkungan dengan mengurangi penggunaan sampah plastik, membuang sampah pada tempatnya serta menjaga lingkungan.

Penggunaan plastik kemasan hingga kantong plastik yang ringan, efisien dan murah menjadikan kita tidak bisa lepas dari plastik. Pernahkah kita sadar sudah seberapa banyak kita menggunakan plastik? Dan sudah seberapa banyak kita menyumbang sampah plastik untuk masa depan?

PLASTIK DALAM SEJARAH

Pada tahun 1960an plastik mulai dikenalkan pada dunia. Awal dari plastik ada dan ditemukan pada tahun 1869 oleh John Wesley Hyatt, yang terinspirasi oleh tawaran sebuah Perusahaan di New York, untuk siapa saja yang menemukan alternatif bahan dasar bola billiar yang awalnya dari gading gajah. Pada tahun 1959 kantong plastik ditemukan dan dikembangkan oleh ilmuan asal swedia Sten Gustaf Thulin. Kantong plastik ada bertujuan sebagai media pengganti kantong kertas yang produksinya dianggap mengancam keberlanjutan alam, karena membutuhkan banyak pohon untuk pembuatan kantong kertas. Tetapi sekarang keadaan tersebut berbalik, yang menjadikan kantong plastik sebagai ancama lingkungan, karena penggunaan kantong plastik yang tidak berulangkali.

Photo by Julia Joppien on Unsplash 2018

YANG ABADI ITU PLASTIK

Manusia memiliki relasi yang erat dengan plastik, tanpa plastik mungkin kita tidak akan merasakan menggunakan telfon genggam atau berkendara jauh dengan mobil dan motor yang memiliki bahan dasar plastik. Dalam hal ini juga banyak manusia yang menggantungkan hidupnya dari plastik. Sebuah hal yang kontradiktif antara dampak dan manfaat plastik dalam kehidupan.

Jika berbicara dampak, sering kita lihat dibeberapa media menyiarkan tentang bibir pantai yang dipenuhi plastik kemasan yang sulit terurai, atau laut yang dipenuhi dengan botol plastik. Bahkan sebuah hal yang membuat masyarakat geram dengan foto seekor penyu terlilit kantong plastik atau burung yang mati karena memakan platik kemasan, serta seekor kuda laut membawa sedotan menjadikan begitu peliknya permasalahan sebuah plastik. Selain itu sering juga kita lihat saluran air dipenuhi dengan limbah plastik kemasan, sehingga menyebabkan banjir ketika musim hujan tiba. Atau TPA yang sudah menjadi gunungan sampah, bahkan sudah mulai tidak mampu lagi menampung buangan sampah.

Dari data yang di ambil. Berdasarkan penelitian dari UC Davis dan Universitas Hasanuddin pata tahun 2015, yang dilakukan di pasar Paotere Makassar menunjukkan 23% sampel ikan yang diambil memiliki kandungan plastik di perutnya. Melansir dari artikel IndonesiaBaik, persentase jumlah sampah plastik dari tempat pembuangan sampah terpadu Bantar Gebang saja sudah sekitar 34% dari total 39 juta ton sampah. Setiap tahunnya, sebesar 1,3 juta ton sampah plastik di Indonesia bermuara di laut. Melansir dari Greenpeace Indonesia, peningkatan industri minuman di Indonesia meningkat sebesar 22,74% selama tahun 2019. Jumlah sampah akan ikut meningkat seiring dengan adanya peningkatan sektor industri. Industri makanan dan minuman berkontribusi sebesar 65% terhadap total permintaan plastik kemasan. Penggunaan plastik kemasan juga mencapai angka 65% dari total konsumsi plastik nasional.

Selama masa pandemi Covid-19, sampah menjadi permasalahan baru yang muncul di lingkungan. Dilansir dari BBC Indonesia, jumlah layanan GoFood meningkat hingga 20%, sementara GrabFood juga mengalami peningkatan sebesar 4%. Frekuensi belanja online di Jabodetabek diperkirakan naik dari 1–5 kali sebulan menjadi 1–10 kali. Berdasarkan survei LIPI pada 20 April — 5 Mei 2020, disebutkan bahwa aktivitas belanja online juga meningkat hingga 62% dengan 96% dari total jumlah paket menggunakan selotip, pembungkus plastik, dan bubble wrap. Pembelian alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, dan face shield juga meningkat dari 4% menjadi 36%.

Jadi berapa lama plastik dapat terurai? Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan, barang-barang plastik dapat terurai di tanah 1000 tahun lamanya, sedangkan kantong plastik 10 hingga 1000 tahun. Botol plastik dapat terurai di alam sekitar 450 tahun. Untuk saat ini, plastik merupakan sampah yang paling lama terurai.

MUNGKIN INI SOLUSI

Sebuah hal yang kompleks dari penggunaan kantong plastik maupun penggunaan plastik kemasan. Indonesia sudah memulai sebuah langkah melalui PRAISE (Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment) atau Asosiasi Untuk Kemasan dan Daur Ulang Bagi Indonesia yang Berkelanjutan, meluncurkan sebuah program Packaging Recovery Organization (PRO) pada tahun 2020, untuk menjawab sejumlah tantangan pada pengelolaan sampah dan optimalisasi praktik ekonomi sirkuler di Indonesia. Didukung oleh Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi serta Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang menargetkan pengurangan sampah plastik sampai dengan 70% di lautan pada tahun 2025, dan bebas dari kebocoran sampah plastik ke lautan pada tahun 2040.

Adapun di beberapa daerah sudah menerapkan pengurangan sampah plastik, seperti Kabupaten Bandung dan Bali melakukan pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar minyak. Di Surabaya meluncurkan Suroboyo Bus, dimana sampah plastik menjadi tiketnya. Ataupun melalui edaran pelarangan penggunaan kantong plastik yang dilakukan Gubernunr DKI Jakarta Anies Baswedan, mengumumkan Pergub Nomor 142 tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan. Dan di Bogor melalui kampanye Bogor Tanpa Kantong Plastik (BOTAK) yang dilakukan Walikota Bogor, Bima Arya melalui Peraturan Wali Kota no 61 tahun 2018 tentang Pengaturan Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik.

Ataupun beberapa komunitas serta perorangan yang kini sudah melakukan tindakan mendaur ulang sampah plastik atau mengurangi penggunaan sampah plastik, dengan mengganti botol kemasan dengan tumbler atau mengganti kantong plastik dengan tote bag untuk mengurangi sampah plastik.

SELANJUTNYA APA?

Terlalu kompleks permasalahan plastik, bahkan terlalu panjang pembahasan mengenai kantong plastik dan plastik kemasan. Berbicara Revolusi industri atau Payment for Ecosystem Services, mungkin akan membuang-buang waktu. Sudah banyak solusi yang mungkin menjadi alternatif bagi kita untuk mengganti penggunaan plastik sekali pakai. Plastik tidak akan bisa hilang dalam kehidupan sehari-hari tetapi plastik bisa dikurangi penggunaannya. Tetapi semua itu akan menjadi hal yang percuma jika kebiasaan masyarakat yang tidak bisa lepas dari plastik. Maka sebelum kita mengkampanyekan kepada masyarakat luas tentang bahaya kantong plastik dan plastik kemasan, Mari kita sadarkan diri kita sendiri bahwa kita semua masih menjadi pelaku. Sebagai penutup “Apakah kita akan mewariskan lautan plastik atau gunung plastik untuk anak cucu kita?”

REFERENSI

https://kumparan.com/potongan-nostalgia/sejarah-kantong-plastik-awalnya-untuk-selamatkan-bumi-1ufEUEn6oUB/full

https://medium.com/kolektif-agora/maaf-kami-tidak-menyediakan-kantong-plastik-21fdadfe468f

https://jurnalpalopo.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-43706636/deretan-10-negara-dengan-sumbangan-limbah-plastik-terbesar-di-dunia?page=2

https://indonesiabaik.id/infografis/indonesia-darurat-sampah-plastik

www.maritim.go.id

https://tirto.id/anies-terbitkan-pergub-larang-penggunaan-kantong-plastik-di-dki-erap

https://kotabogor.go.id/

https://www.theatlantic.com/technology/archive/2014/10/how-the-plastic-bag-became-so-popular/381065/

https://www.sciencehistory.org/the-history-and-future-of-plastics

https://daihatsu.co.id/tips-and-event/tips-sahabat/detail-content/data-sampah-plastik-di-indonesia-jadi-tantangan-bagi-masyarakat/

https://tirto.id/mengenal-jenis-sampah-yang-perlu-waktu-lama-untuk-hancur-ejFk

https://www.nestle.co.id/media/pressreleases/allpressreleases/praise-rilis-pro

https://bijakberplastik.aqua.co.id/publikasi/inovasi/anjuran-pengelolaan-sampah-plastik-yang-aman/

--

--

No responses yet